Powered By Blogger

Rabu, 29 Juni 2011

INTERFERENSI dan CAMPUR KODE

Abstrak dan Kata Kunci
Pemakaian bahasa di kalangan tidak bisa  lepas sepenuhnya dari interferensi dan campur kode dari bahasa lain. Khususnya  mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jember angkatan 2009. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009 menggunakan interfensi dan campur kode dalam penggunaan bahasa dalam keseharian mereka. Sedangkan metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode simak-analisis. Yaitu pengambilan data dengan cara menyimak sebuah percakapan, selanjutnya menganalisis data yang telah di dapat.
Kata Kunci
Interferensi
Campur Kode
Join
Nyrutu - Srutu - Cerutu
Mahasiswa adalah salah satu unsur masyarakat yang tidak bisa lepas dari berkomunikasi, khususnya berkomunikasi dengan teman-teman mahasiswa mereka sendiri. dalam berkomunikasipun mahasiswa tidak bisa lepas dari bahasa Indonesia. Disamping itu, para mahasiswa juga tidak bisa lepas dari Interferensi bahasa dan campur kode bahasa. Baik dengan bahasa daerah dari masing-masing mahasiswa ataupun dengan bahasa asing.
Dari hal tersebut, penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh campur kode dan interferensi bahasa yang terjadi di kalangan mahasiswa.
Campur kode adalah penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam satu wacana menurut pola-pola yang masih belum jelas (Nababan dalam Arthur Yap dalam Ohoiwutun, 1997:69). Pencampuran bahasa inilah yang sering terjadi dan ada di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2009. Masalah yang ditimbulkan dari pencampuran bahasa tersebut adalah rancunya penggunaan bahasa itu sendiri. terlebih lagi tidak dimengerti oleh lawan tutur. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemecahan masalahnya adalah memberikan pengetahuan tentang interfensi bahasa dan campur kode.
Diharapkan, penelitian dan penulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat  pengetahuan tentang interfensi dan campur kode. sehingga nantinya diharapkan juga, masyarakat pengguna bahasa, khususnya mahasiswa, dapat mengerti dan memahami tentang interfensi bahasa dan campur kode serta mampu menggunakannya dengan efektif dan tepat sasaran.

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak-analisis. dalam metode ini, data dikumpulkan melalui simakan oleh peneliti kepada beberapa sampel. setelah melakukan simakan, kemudian peneliti menulis hasil simakannya tersebut untuk dijadikan data penelitian.
Sumber data didapat langsung dari proses komunikasi berbahasa yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2009. ini dimaksudkan agar peneliti tidak begitu luas dalam melakukan penelitiannya.
Setelah mendapatkan data yang di inginkan, peneliti menganalisis data dengan cara mencari bentuk interferensi dan campur kode dari data yang telah ada. selanjutnya peneliti menganalisis data tersebut  dilihat dari segi pemakaian dan keefektifan pengguna bahasa tersebut. Selanjutnya peneliti mencoba menghadirkan  suatu pengertian  baru tentang interferensi dan campur kode kepada pembaca.



Hasil dan Pembahasan
Data yang diperoleh :
1.      Kamu pulang? Kamu pulang? Lek iki bendino muleh.
2.      Ninda  : Kapan kamu mau pulang ke mbanyuwangi?
Andre  : Mbesok paleng.
Ninda  : Kalau begitu aku nunut yo?
Andre  : Iyo
3.      Timbul : Mari tugas prosamu?
Nurul     : Belum. Punyamu mari ta?
Timbul   : mari
4.      Mas roni! Mau kemana? Join to mas mas nyrutune.
Dari dat diatas, di dapati bahwa adanya kata-kata atau bahasa yang mengalami interferensi dan pencampuran bahasa yang biasa disebut dengan campur kode. Dari data di atas, di dapati sedikitnya ada 3 bahasa yng dipakai. Yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris.
Selanjutnya data-data diatas haruslah dianalisis dari kalimat per kalimat :
1.      Kamu pulang? Kamu pulang? Lek iki bendino muleh.
(Kamu pulang? Kamu pulang? Kalau ini setiap hari pulang.)
2.      Ninda  : Kapan kamu mau pulang ke mbanyuwangi?
(Kapan kamu mau pulang ke Banyuwangi?)
Andre  : Mbesok paleng.
(Besok mungkin)
Ninda  : Kalau begitu aku nunut yo?
(Kalau begitu saya menumpang ya?)
Andre  : Iyo
(Iya)
3.      Timbul : Mari tugas prosamu?
(Selesai tugas prosamu?
Nurul     : Belum. Punyamu mari ta?
(Belum. Punyamu selesai ta?)
Timbul   : mari
(Selesai)
4.      Mas roni! Mau kemana? Join to mas mas nyrutune.
(Mas Roni! Mau kemana? Join to mas mas nyrutune)
Melihat data-data di atas, mungkin timbul sebuah pertanyaan. Apa bedanya interferensi dengan campur kode? Sebab contoh tersebut juga bisa dikatakan sebagai campur kode. Seperti telah kita tahu, campur kode adalah Penggunaan serpihan-serpihan bahasa lain yang bisa berupa kata, frase, dan klausa dalam menggunakan suatu bahasa. Contoh diatas adalah contoh kalimat bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat pencampuran bahasa dengan bahasa jawa dan Inggris. Jawaban dari pertanyaan di atas mungkinlah seperti ini : Campur kode mengacu pada digunakannya serpihan-serpihan bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa tertentu. Sedangkan interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain.
Dilihat dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apapun (fonologi, morfologi, dan sintaksis) merupakan “penyakit”, sebab, bisa “merusak” bahasa. Jadi perlu dihindarkan.
Namun, kalau dilihat dari usaha pengembangan bahasa, interferensi ini merupakan suatu rahmat, sebab dia merupakan suatu mekanisme yang sangat penting untuk memperkaya dan mengembangkan suatu bahasa untuk mencapai taraf sebagai bahasa yang sempurna untuk dapat digunakan dalam segala bidang komunikasi.
Menurut Soewito (dalam Chaer dan Agustina, 1995:167), ia membuat bagan sebagai berikut:

Bahasa Asing
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah
A1

D1
A2, dst
D2,dst


Sehubungan dengan adanya bahasa yang “kaya” dengan kosakata, dan bahasa yang masih bekembang yang kosakatanya belum banyak, timbul pertanyaan, apakah hanya bahasa “kaya” yang bisa menjadi donor, dan bahasa “miskin” hanya menjadi resipien, ataukah sebaliknya : bahasa “miskin” juga bisa menjadi donor pada bahasa “kaya”. menurut logika. Menurut logika, memang hanya bahasa kayalah yang memunyai peluang untuk menjadi donor., sedangkan bahasa miskin hanya sebagai resipien, dan tak berpeluang menjadi bahasa donor. Namun, dalam kenyataannya, karena bahasa itu erat kaitannya dengan budaya masyarakat penuturnya, maka dapat dikatakan tidak sejalan dengan pendapat tersebut. bahwa kenyataanya bahasa yang dianggap miskin juga dapat menjadi donor kosakata pada bahasa kaya.
Itu semua sudah terbukti dalam inerferensi yang ada di kalangan mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2009. Walaupun pemakaian bahasa sehari-hari mereka mayoritas adalah bahasa Indonesia, namun pencampuran kode dan interfensi yang ada justru membuktikan bahwa bahasa jawa juga sangat berperan penting.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa interfensi leksikal bukanlah ditentukan oleh kaya dan miskinnya suatu bahasa, melainkan oleh pengaruh budaya masyarakat bahasa yang melekat pada bahasa itu. Karena dari contoh data yang diambil juga, para mahasiswa yang terlibat komunikasi, masing-masing berlatar belakang budaya yang berbeda, ada jawa, madura, dan sebagainya.

Kesimpulan dan Saran
Campur kode adalah Penggunaan serpihan-serpihan bahasa lain yang bisa berupa kata, frase, dan klausa dalam menggunakan suatu bahasa. Sedangkan interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain.
Di lingkungan mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2009, interfensi dan campur kode sudah sering terjadi, bahkan selalu terjadi. Oleh karena itu, interfensi dan campur kode yang dilakukan oleh para mahasiswa tersebut perlu diteliti. Apakah penggunaannya efektif atau tidak. Namun nyatanya, para mahasiswa tersebut memahami dan mengerti dengan pembicaraan yang terdapat interferensi dan campur kode, karena menganggap campur kode sebagai pertolongan bagi merka karena penguasaan kosakata bahasa Indonesia yang terbatas.
Interfensi leksikal bukanlah ditentukan oleh kaya dan miskinnya suatu bahasa, melainkan oleh pengaruh budaya masyarakat bahasa yang melekat pada bahasa itu. Karena dari contoh data yang diambil juga, para mahasiswa yang terlibat komunikasi, masing-masing berlatar belakang budaya yang berbeda, ada jawa, madura, dan sebagainya. Jadi, para mahasiswa disisni umunya menggunakan campur kode sebagai alat pertolongan bagi merka yang belum memunyai penguasaan banyak tentang kosakata bahasa Indonesia.

Daftar Rujukan
Chaer dan Agustina Leonie. 1995. Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta. penerbit Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.
Ohoiwutun, Paul. 1997. Sosio-Linguistik, memahami bahasa dalam konteks masyarakat dan kebudayaan. Jakarta. Visipro.

1 komentar:

  1. Titanium Spare Spare Spare Spare - A Perfect Spare Spare Spare
    “titanium-art” · ““titanium-art” titanium wedding band · “titanium-art” titanium teeth · “titanium-art” · “titanium-art” · “titanium-art” ford fusion titanium 2019 · “titanium-art” · raw titanium “titanium-art” · ecosport titanium “titanium-art”.

    BalasHapus