Powered By Blogger

Rabu, 29 Juni 2011

Analisis Makna Denotatif dan Konotatif dalam Puisi Angkatan Buta

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang
Bahasa adalah  sebuah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi. Dalam ilmu bahasa dibagi lagi ada beberapa ilmu. Diantaranya: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan sebagainya. Dalam makalah ini, akan dipelajari Analisis Semantik.Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya, mengungkapkan pikiran, pengalaman, dan pengetahuannya kepada orang lain (wirjosoedarmo dalam wardani, 2010:1).
Secara singkat dan populer dapatlah kita katakan bahwa “semantik adalah telaah mengenai makna” (George,1964:1). Dari pengertian sederhana tersebut dapat kita simpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, semantik juga banyak ditelaah/dianalisis. Salah satunya dalam karya sastra, baik puisi, prosa, drama, novel dan lain-lain.
Dalam sebuah karya sastra, tidak bisa lepas dari sebuah makna. Walaupun dalam karya sastra biasanya juga terdapat makna kiasan-kiasan yang memerlukan waktu untuk memahaminya. Di sisi lain, sebuah karya sastra juga memiliki nilai tersendiri jika dianalisis dengan ilmu semantik. Walaupun dalam ilmu kesastraan dan stilistika terdapat istilah Licentia Poetica, yaitu kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari kenyataan baik dari bentuk atau aturan konvensional bahasa untuk menghasilkan efek yang dikehendakinya (Shaw,1972). Tetapi seperti kita tahu di awal, bahwa semua tulisan atau kata pasti memunyai makna. Maka, dalam makalah ini di ambil judul “Makna Denotatif dan Konotatif dalam Puisi Angkatan Buta  (sebuah kajian semantik)”.

1.2.             Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud makna denotatif dan makna konotatif?
2.      Apakah terkandung makna denotatif dan konotatif dalam puisi Angkatan Buta karya M. Nasiruddin Timbul Joyo
3.      Kata mana sajakah yang termasuk dalam makna denotatif dan makna konotatif?

1.3.            Tujuan
Mengetahui dan mempelajari makna denotatif dan konotatif dalam karya sastra. Khususnya puisi Angkatan Buta karya M. Nasiruddin Timbul Joyo.



BAB II. PEMBAHASAN
Menurut Soedjito(dalam Dewi, 2010:9), makna denotatif (referensial) adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau makna dasarnya, sedangkan makna konotatif (evaluasi atau emotif) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan kata bermakna denotatif dan bermakna konotatif, dapat dilihat dari contoh berikut ini.

kata
Makna denotatif
Makna konotatif
Hitam
Jenis warna
Berduka cita
Mampus
Mati
Kasar (mati)
babi
binatang
Haram/najis

Contoh-contoh di atas memberikan gambaran bahwa kata hitam dan mampus, merupakan kata-kata yang menunjukkan langsung pada acuan/makna dasarnya, sedangkan kata duka cita dan kasar, merupakan makna tambahan yang sudah bernilai rasa. Berikut ini penggunaan makna denotatif dan konotatif dalam kalimat:
1)      Anak-anak yang di aula itu sedang berebut kursi karena pertunjukan segera dimulai.
2)      Siapapun yang bermaksud berebut kursi pimpinan perusahaan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan formatur.
(setyana,1999:57)
Contoh (1) merupakan contoh penggunaan kata denotatif. Kata kursi merupakan kata denotatif karena mengacu pada makna sebenarnya yang bermakna benda yang berfungsi sebagai tempat duduk. Sementara contoh(2) merupakan contoh penggunaan kata konotatif. Kata kursi memunyai arti jabatan, kata kursi memunyai nilai rasa yang tinggi daripada kata jabatan.
Sejalan dengan Soedjito, Oka dan Soeparno (1994:235) menyatakan bahwa makna denotatif merupakan makna dasar suatu kata atau satuan bahasa yang bebas dari nilai rasa, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang merupakan makna tambahan dan memiliki nilai rasa. Nilai rasa itu dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Maksud dari konotasi positif dan negatif menurut Chaer (dalam Oka dan Soeparno,1994:235), dapat dilihat dari contoh tabel di bawah ini:




Wanita
Perempuan
1.      Berpendidikan lebih/tinggi
Berpendidikan kurang
2.      Modern dalam segala hal
Tidak atau kurang modern
3.      Kurang berperasaan keibuan
Berperasaan keibuan
4.      Malas ke dapur
Rajin ke dapur

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kata wanita memunyai konotasi positif karena memiliki nilai rasa lebih sopan dan tinggi dibandingkan kata perempuan.
Dari uraian tentang kata denotasi dan konotasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kata bermakna denotasi dan kata bermakna konotasi memunyai sejumlah ciri-ciri. Ciri kata bermakna denotasi yaitu:
1)      Makna kata sesuai apa adanya,
2)      Makna kata sesuai hasil observasi,
3)      Makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Ciri kata bermakna konotasi yaitu:
1)      Makna tidak sebenarnya,
2)      Makna tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual, dan
3)      Makna tambahan berupa  nilai rasa.
2.1. Penganalisisan puisi Angkatan Buta.
Angkatan Buta

Mau apa datang kemari
Hanya unjuk rai
Ijazah harga serupiah
Tak perlu bersusah bergelut berbuku

Dari jauh berlabuh
Hanya pamer bentuk tubuh
tak butuh
Menjauh!

Jika otak angankan angka
Tinggalkan pikir
Plagiatkan diri

Hanya inginkan liur
Mending mendengkur! Nglindur!

Tak mampu matamu lihat dunia
Tangis! Bengis! Najis! Pengais!
Tusukkan garpu makan
Butakan sekalian!

Pundak punah perkasanya
Sana! Sudahi saja sisa usia
                                               
                                                Muntijo

Dalam puisi di atas ada beberapa kata yang memunyai makna denotatif dan konotatif yang akan kita bahas perbaris.
1)      Baris pertama
Mau apa datang kemari
Kata tersebut di atas tergolong memunyai makna denotatif. Karena kata-kata tersebut di atas merupakan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada pembaca tentang tujuannya datang ke sebuah tempat.
2)      Baris kedua
Hanya unjuk rai
Dalam baris kedua tersebut terdapat makna konnotatif yang memunyai nilai negatif. Kata unjuk rai yang berarti wajah (kasar) dalam bahasa jawa diartikan sebagai memperlihatkan diri, kelebihan, ataupun hartanya.
3)      Baris ketiga
Ijazah harga serupiah
Kata ijazah dalam baris ketiga memunyai arti denotatif sekaligus arti konotatif. Arti denotatif dari ijazah yaitu surat keterangan lulus ataupun sejenisnya. Sedangkan makna konotatifnya adalah ijazah bermakna gelar.
Kata yang mengandung makna konotatif dalam baris ketiga yang lain adalah kata serupiah yang diartikan tidak memunyai harga. Jadi, di baris ketiga ini bisa bermakna bahwa ijazah ataupun gelar tidak memunyai harga.
4)      Baris ke empat
Tak perlu bersusah bergelut berbuku
Memunyai arti denotatif saja atau hanya makna asli yang terdapat di dalamnya, sebagai lanjutan dari kata-kata baris kedua.
5)      Baris ke lima
Dari jauh berlabuh
Kata berlabuh dalam baris ke lima juga memunyai makna denotatif dan konotatif. Arti denotatifnya adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan bahwa perahu akan bersandar di dermaga. Namun di baris ke lima ini kata berlabuh memunyai makna datang.
6)      Baris ke enam
Hanya pamer bentuk tubuh
Kata tersebut di atas hanya memunyai makna denotatif. Yaitu datang hanya untuk pamer bentuk tubuh. Bisa juga di artikan mejeng.
7)      Baris ke tujuh dan delapan
tak butuh
Menjauh!
Baris ke tujuh dan delapan masih hanya memunyai makna denotatif saja. Kata-kata itu dipakai pengarang untuk meluapkan apa yang dirasakan oleh pengarang.
8)      Baris ke sembilan
Jika otak angankan angka
Dalam baris ke sembilan ini pengarang mencoba menggambarkan bahwa seolah-olah yang di imajinasikan pengarang adalah mahasiswa yang hanya berpikiran tentang sebuah nilai yang akan di dapat. Jadi, disini memunyai makna konotatif.
9)      Baris ke sepuluh dan sebelas
Tinggalkan pikir
Plagiatkan diri
Kata-kata yang terdapat di baris ke sepuluh dan sebelas memunyai kaitan makna dengan baris ke sembilan. Baris ke sepuluh dan sebelas bermakna tidak mau berpikir dan hanya bisa mengopy paste pekerjaan orang lain. Pada baris ke sepulih dan sebelas juga memunyai makna konotatif.
10)  Baris ke dua belas
Hanya inginkan liur
Kata hanya inginkan liur memunyai makna konotatif, yaitu hanya ingin bersantai saja.
11)  Baris ke tiga belas
Mending mendengkur! Nglindur!
Baris ke tiga belas juga bermakna konotatif. Yakni memunyai arti mendingan sekalian bersantai sampai sesantai-santainya.
12)  Baris ke empat belas dan lima belas
Tak mampu matamu lihat dunia
Tangis! Bengis! Najis! Pengais!
Pada baris ke empat belas dan lima belas juga memunyai makna konotatif. Yaitu seolah-olah yang di imajinasikan oleh pengarang tak mampu melihat atau merasakan bagaimana kehidupan  itu yang sebenarnya. Yang semula juga di imajinasikan hanya ingin bersantai. Tidak bisa merasakan tangisan, bengis, najis, ataupun melihat keadaan pengais.
13)  Baris ke enam belas dan tujuh belas
Tusukkan garpu makan
Butakan sekalian!
Makna konotatif juga muncul pada baris ke enam belas dan tujuh belas. Yaitu pada kata-kata Tusukkan garpu makan, butakan sekalian!. Makna dari kata-kata tersebut disini adalah berikan saja mereka kenyamanan sekalian. Karena biasanya orang desa yang makan memakai garpu adalah ketika memakan makanan enak, atau mungkin juga karena latar belakang pengarang yang juga orang desa. Sedangkan kata-kata butakan sekalian bermaksud agar mereka semua yang bersantai,tetap larut dalam kesantaian dan kenyamanan itu, tetap tidak memperdulikan semua trangisan, bengis, najis, dan pengais yang dikatakan oleh pengarang sebelumnya.
14)  Baris ke delapan belas
Pundak punah perkasanya
Di baris ke delapan belas ini semuanya kata-katanya mengandung makna konotatif. Yang dimaksud pundak disini adalah generasi muda. Jika dikaitkan dengan kata dan bait sebelumnya, maka arti disini adalah jika para pemuda semua sudah kehilangan semangat dan hanya bersantai-santai, hilanglah pula kekuatan atau keunggulan dari para generasi tersebut.
15)  Baris ke sembilan belas
Sana! Sudahi saja sisa usia
Makna konotatif yang terkandung disini adalah seperti halnya kata “mati saja!”. Dengan rincian jika dikaitkan dengan kata dan bait sebelumnya. Daripada menjadi generasi yang kurang bersemangat dan hanya bisa bersantai-santai saja, mendingan mati saja, daripada hidup hanya menjadi benalu tanpa sumbangsih apapun dan tanpa kerja keras.


BAB III. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan uraian yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Makna denotatif dan konotatif selalu kita temukan dalam puisi Angkatan Buta.
2.      Walaupun setiap baris dan bait mempunyai makna denotatif dan konotatif, tetapi setiap kata, baris dan bait dalam puisi tersebut saling berhubungan maknanya. Tidak bisa dipisah-pisahkan.
3.      Berkenaan dengan masalah konotasi, satu hal yang harus kita ingat. Bahwa konotasi sebuah kata bisa berbeda seseorang dengan orang lain, antara satu daerah dengan daerah lain. Ada kalanya bermakna konotasi posotif maupun negatif.


BAB IV. LAMPIRAN DATA

Angkatan Buta

Mau apa datang kemari
Hanya unjuk rai
Ijazah harga serupiah
Tak perlu bersusah bergelut berbuku

Dari jauh berlabuh
Hanya pamer bentuk tubuh
tak butuh
Menjauh!

Jika otak angankan angka
Tinggalkan pikir
Plagiatkan diri

Hanya inginkan liur
Mending mendengkur! Nglindur!

Tak mampu matamu lihat dunia
Tangis! Bengis! Najis! Pengais!
Tusukkan garpu makan
Butakan sekalian!

Pundak punah perkasanya
Sana! Sudahi saja sisa usia
                                               
                                                Muntijo


BAB V. DAFTAR PUSTAKA

1.      Tarigan, H.G. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung : Penerbit Angkasa Bandung.
2.      Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
3.      WWW.SEASITE.NIU.EDU. Kumpulan Puisi Karya Ida at deKalb. Diakses tanggal 17 mei 2010.
4.      WWW.AGUSSUYOTO.BLOGSPOT.COM. Dasar-dasar Analisis Puisi. Diakses tanggal 17 mei 2010.
5.      Wardani, Dian Kusuma. 2010. Ragam Gaya Bahasa Perulangan Pada Cerpen Cerita Pendek Karya Djenar Maesa Ayu. Skripsi.
6.      Dewi, Diana Maria. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa Pada Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri Berbahasa Indonesia Melalui Short Message Service (SMS). Skripsi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar