Powered By Blogger

Rabu, 29 Juni 2011

Analisis Cerpen "anakku Lahir dari Rahim Televisi"

PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekali karya sastra yang dihasilkan oleh para seniman. Baik itu seniman terkenal ataupun seniman yang berasal dari kalangan mahasiswa sendiri. Dalam makalah ini, kita akan menganalisis dan mengapresiasi sebuah Cerpen yang berjudul Anakku Lahir dari Rahim Televisi  karya R. Guryadi yang dimuat dalam kolom cerpen koran Jawa Pos edisi minggu 29 mei 2011. Analisis kali ini akan dikhususkan pada analisis latar/setting.
Peristiwa-peristiwa dalam cerita terjadi  pada rentang waktu dan tempat tertentu. Latar sebagai gambaran tempat dan waktu atau segala sesuatu tempat terjadinya peristiwa. Semi (dalam Supriyadi : 2002:11) mengatakan, latar atau setting  cerita adalah lingkungan tempat cerita terjadi. Termasuk di dalam latar adalah tempat atau ruang. Unsur latar adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah, kerumunan orang di sekitar tokoh juga termasuk latar.
Pradopo (dalam Supriyadi :2002:11), latar atau setting  berdasarkan fungsinya dibagi menjadi lima bagian, yaitu :
1.      Tempat, baik diluar maupun di dalam rumah yang melingkupi tokoh atai tempat terjadinya peristiwa;
2.      Waktu terjadinya peristiwa, meliputi musim, iklim, bulan, tahun, dan sebagainya;
3.      Alat atau benda dalam kehidupan tokoh;
4.      Lingkungan hidup, menyangkut lingkungan tempat, lingkungan kehidupan atau pekerjaan;
5.      Sistrem kehidupan, yang sesuai dengan lingkungan kehidupan tokoh.
Teori tersebut akan digunakan sebagai kerangka teori dalam menganalisis  latar atau setting cerpen Anakku Lahir dari Rahim Televisi  karya R. Guryadi.


ISI
Penulis menggunakan teori Pradopo yang membagi latar menjadi lima, yaitu tempat, lingkungan kehidupan, sistem kehidupan, waktu, dan alat
Latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang ada  di dalam cerita. Menurut Rahmat Djoko Pradopo, latar dibagi menjadi lima, yaitu :
1.      Latar Tempat
Tempat terjadinya peristiwa dalam novel tersebut adalah di pematang sawah dan di depan televisi. Hal tersebut dapat diketahui dari data berikut:
Aku takut mendengar jeritan anak-anak yang berlari di pematang sawah.
(kalimat pertama paragraf pertama)
Itu tidak penting. Adzan subuh sudah berlalu. Aku masih termangu di depan televisi.
(kalimat ketiga paragraf 40)
Data tersebut memaparkan dengan jelas bahwa tokoh menjalani peristiwa di pematang sawah. Selanjutnya pada data kedua, tokoh  menjalani peristiwa di depan sebuah televisi.
2.      Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan waktu terjadinya peristiwa. Latar waktu menunjukkan waktu tertentu dan adapula yang menggantikan istilah pengganti waktu, namun pada intinya memunyai maksud yang sama, yaitu menciptakan suasana tertentu dalam cerita.
Cangkul dan tampah, dipukul bertalu-talu. Malampun kian melaju.
(paragraf 4)
Data tersebut menjelaskan latar waktu yaitu pada malam hari. Karena sudah jelas dituliskan bahwa malampun kian melaju.
Data lain yang mendukung latar waktu adalah sebagai berikut:
Itu tidak penting. Adzan subuh sudah berlalu. Aku masih termangu di depan televisi.
(kalimat kedua paragraf 41)
“kang, bangun!” lamat-lamat terdengar suara istriku. “sudah, siang masih saja mendengkur! Apa tidak kerja?”
(paragraf 45)
Pada kedua data diatas juga disebutkan latar waktu yang berbeda. Pada data yang pertama disebutkan bahwa latar waktu yang dipakai adalah pagi hari. Lebih tepatnya setelahadzan subuh. Data yang kedua menyebutkan latar waktu yang dipakai adalah siang hari. Dalam data tersebut disebutkan  bahwa istri tokoh utama berusaha membangunkan tokoh utama yang masih terlelap.
3.      Latar Alat
Suatu alat merupakan sarana yang digunakan para tokoh untuk beraktivitas sehari-hari. Alat atau benda yang berhubungan dengan kehidupan para tokoh yang ada di dalam cerita.
Bermain-main layang-layang mengusir mendung dan halilintar yang menyambar-nyambar ujung rambutnya.
(kalimat terakhir paragraf pertama)
Cangkul dan tampah dipukul, dipukul bertalu-talu. Malampun kian melaju.
(paragraf 4)
“kemana anak-anak?! Ditelan grahono!” suara tetabuhan cangkul, tampah, dan rinjing, terus bertalu-talu.
(kalimat pertama paragraf 5)
Di koran kuning, terpampang judul besar tentang seorang bapak yang membakar hidup-hidup anak istrinya karena kelaparan.
(kalimat pertama paragraf 13)
Sementara di televisi disiarkan, seorang anak kepalanya membesar, seorang anak lahir dempet, seorang anak lahir tanpa bapak, seorang anak lahir di tengah dentuman meriam, seorang anak yang tak bisa membeli es krim di siang hari, karena ibunya tak memberinya uang.
(kalimat pertama paragraf 14)
Air mata istriku perlahan menetes. Aku mengusapnya dengan jarik sidomukti kumal peninggalan orang tua. Hanya itu warisan yang sangat berharga.
(paragraf 32)
“Apa tidak ingat, sukir minta tas sekolah gambar Ipin-Upin!” teriak istriku.
(paragraf 46 kalimat pertama)
Aku matikan televisi. Aku keluar rumah, menghunus sangkur.
(paragraf 49 kalimat pertama)
Data tersebut menunjukkan adanya alat yang berhubungan dengan tokoh dalam cerita, yaitu : layang-layang, cangkul, tampah, rinjing, koran, televisi, jarik Sidomukti, tas sekolah Ipin-Upin, dan sangkur.
4.      Latar Lingkungan Kehidupan
Lingkungan kehidupan menyangkut tempat, lingkungan kehidupan atau lingkungan pekerjaan.
Aku takut mendengar jeritan  anak-anak yang berlari di pematang sawah....
(kalimat pertama paragraf pertama)
Data di atas memaparkan kehidupan tempat tinggal tokoh, yaitu tokoh berada di lingkunga pedesaan. Itu dibuktikan  dengan adanya pematang sawah. Lingkungan pedesaan juga dibuktikan pada paragraf 5 yaitu:
“Kemana anak-anak?! Ditelan grahono!” suara tetabuhan cangkul, tampah, dan rinjing, terus bertalu-talu...
(kalimat pertama paragraf 5)
Tradisi tersebut juga merupakan tradisi yang ada di pedesaan. Tradisi itu biasanya dilakukan ketika ada seorang anak yang hilang pada saat petang ataupun malam. Masyarakat pedesaan meyakini, jika anak tersebaut memang di culik/disembunyikan makhluk halus, maka maklhuk tersebut akan berjoget ketika mendengar tetabuhan tersebut dan anak tersebut dilepaskan.

5.      Latar Sistem Kehidupan
Latar sistem kehidupan berkaitan dengan lingkungan yang ada. Lingkungan kehidupan pelaku tentunya memunyai sistem kehidupan dan cara-cara tersendiri.
“Kemana anak-anak?! Ditelan grahono!” suara tetabuhan cangkul, tampah, dan rinjing, terus bertalu-talu...
(kalimat pertama paragraf 5)
Tradisi/adat tersebut merupakan tradisi yang ada di pedesaan. Tradisi itu biasanya dilakukan ketika ada seorang anak yang hilang pada saat petang ataupun malam. Masyarakat pedesaan meyakini, jika anak tersebaut memang di culik/disembunyikan makhluk halus, maka maklhuk tersebut akan berjoget ketika mendengar tetabuhan tersebut dan anak tersebut dilepaskan.
Ada juga data yang ada sebagai berikut:
Sementara, di luar sana, sepuluh tindah dari kamarku orang-orang bercengkerama tentang sebuah tragedi....
(kalimat 1 dan 2 paragraf 12)
Data diatas menunjukkan sistem kehidupan masyarakat Jawa. Jawa Timur khususnya. Bahwa setiap ada bayi yang  baru lahir, selalu di adakan melek’an (begadang)  yang dikenal dengan istilah “jagong bayi”.











PENUTUP
Pada intinya, kelima latar tersebut saling mengisi dalam pembentukan sebuah cerita sehingga menghidupka suasana cerita. Cerpen Anakku Lahir dari Rahim Televisi  memunyai keterjalinan antar unsur yang sangat erat. Keterjalinan antar unsur tersebut dapat mendukung makna secara utuh da menyeluruh.
Secara keseluruhan, latar/setting yang digunakan oleh pengarang sangat cocok dan relevan dengan judul yang dipilih. Selain latar bersifat mendukung judul, semua latar yang dipakai juga berkaitan antara judul dan antar latar satu sama lain.






















DAFTAR PUSTAKA
1.    Supriyadi, Didik. 2002. Analisis Struktural dan Pragmatik Novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Skripsi
2.    Sofa. 2008. Apresiasi Prosa Indonesia. http://massofa.wordpress.com/2008/03/07/apresiasi-prosa-indonesia/. Diakses tanggal 31 Mei 2011
3.    Brata. 2009. Hakikat Apresiasi Prosa. http://mbahbrata.wordpress.com/2009/06/21/apresiasi-prosa/. Di akses tanggal 31 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar